Bloger Amatir

Ketika Cinta Bertasbih

Posted on: April 2, 2008

Membaca novel Ketika Cinta Bertasbih (KCB) setebal itu rasa-rasanya seperti dipaksa mengikuti upacara bendera Senin Pagi. Membosankan sekaligus menggelikan. Kelemahan paling mencolok adalah sang penulis kurang mempunyai keterampilan melukis dengan kata-kata. Kata-kata mengalir begitu saja hampir tidak ada bedanya dengan gaya seorang anak abg membuat sebuah buku harian. Kelemahan kedua kurangnya eksplorasi tokoh, plot yang monoton, dan pada beberapa bagian terjadi pembajakan logika. Bagi saya sungguh tidak logis seorang Eliana yang digambarkan gadis Metropolis, Cerdas, Berwawasan sangat luas (digambarkan berdebat dengan Ketua Liga Arab di Televisi) begitu naif dengan menawarkan hadiah ciuman untuk seorang tukang tempe yang jago masak yang telah membantunya dalam sebuah urusan. Lebih parah lagi, Karakter Eliana si gadis cerdas berwawasan luas ini tidak pernah tergambarkan sedikitpun dalam dialog-dialog yang mengalir seperti halnya kita sedang menguping anak-anak abg umunya yang sedang ngobrol diangkutan kota. Tidak ada dialog-dialog cerdas dan bernas. Semua tokoh penting (Azzam, Eliana, Furqon) tampak sangat bodoh dan kenak-kanakan ketika sedang berdialog. Kelemahan ketiga, dengan minim konflik seharusnya novel itu bisa dibuat lebih ringkas, mungkin tidak sampai sepertiganya tapi benar-benar dikerjakan dengan lebih detail. Atau memang sengaja dibuat tebal hanya untuk sekedar mencari alasan supaya terjual lebih mahal?

1 Response to "Ketika Cinta Bertasbih"

pedes gan !! wkwkwk

Tinggalkan komentar

April 2008
S S R K J S M
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
282930  

Laman